PANTAI NANGGELAN SURGA TERSEMBUNYI DI JEMBER
JEMBER – Gemuruh ombak  Pantai Nanggelan seperti memanggil para petualang. Deburan ombaknya  terdengar begitu keras, hempasan angin terasa menyentuh kulit. Namun  untuk mencapainya, kita perlu berjalan  melewati rute setapak yang  terjal mendaki.
       Pantai Nanggelan seperti surga  tersembunyi di Dusun Blater,  Desa Curahnongko, Kecamatan Tempurejo. Sebab, tak semua orang mengetahui  dan menjamah tempat tersebut. Hanya kalangan tertentu yang datang   menikmati pesona alamnya yang eksotis.
        
       Tak ada jalan mulus, penunjuk arah yang jelas atau guide yang  akan membimbing menuju Nanggelan. Kita bisa melewatinya dari jalur  terdekat, yakni Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu. Dari pusat kota,  perjalanan sekitar satu jam.
        
Sampai  di desa tersebut, kendaraan roda empat harus berhenti karena tidak bisa  melewati Jembatan Ungkalan sekitar 200 meter. Hanya kendaraan roda dua  yang  bisa melewati jembatan tersebut. Setelah itu, kita akan bertemu  dengan hutan jati milik Perum Perhutani.
Menelusuri pepohonan itu tidak mudah,  sebab banyak jalan bercabang. Untuk itu, sebelum berangkat harus  bertanya pada warga sekitar agar tidak tersesat. Bahkan harus jeli  dengan jawaban warga agar tidak kebingungan.
Sepeda motor melaju di atas jalan  penuh debu, pohon jati  hampir sama, sesekali kita melihat warga yang  membawa timbunan kayu bakar dengan sepeda onthel. Sekitar 30 menit  setelah melewati rumah warga Dusun Ungkalan, kita sampai pada tempat  parkir sepeda motor yang terbuat dari anyaman bambu.
Penjaganya warga sekitar, sehingga  cukup aman untuk bermalam di Pantai Nanggelan. Biasanya, wisatawan yang  datang kesana bermalam, menikmati kesunyian pantai. Kecuali hanya  deburan ombak dan desir angin.
Setelah memastikan kendaraan aman,  kita bergerak menuju Pantai Naggelan dengan berjalan kaki. Melewati  jalan setapak, menyeberangi sungai dan mendaki bukit yang menghalangi  pantai, tak jauh, sekitar dua kilometer.
Hanya saja, butuh tenaga dan  persediaan air yang cukup. Sebab, ketika mendaki bukit rasa haus mulai  terasa, tenggorokan kering. Istirahat sejenak untuk kembali memulihkan  tenaga, kemudian melanjutkan perjalanan lagi. 
Tiba di puncak bukit, kita bisa duduk  sebentar dan mendengar deburan ombak yang begitu keras. Selanjutnya,  kita akan menuruni bukit menuju pantai. Perjalanannya cukup ringan  dibanding sebelumnya. 
Semakin dekat, suasana pantai mulai  terasa, bunyi ombak begitu keras, laut biru sudah bisa dilihat. Kaki  mulai menginjak hamparan pasir putih dan melihat laut yang terpisah  dengan langit luas. Di sinilah, tenda mulai dipasang dan mulai mencari  kayu kering untuk api unggun. 
Pantai Nanggelan sering menjadi  tempat berkemah bagi anak-anak petualang. Mereka datang untuk menyepi  dari keramaian, menikmati malam, melihat bintang dan menunggu datangnya  pagi. Meskipun tidak bisa melihat matahari terbit, namun segarnya alam  sangat indah. 
Selain itu, beberapa nelayan  menghiasi lautan. Saat malam sinar perahu mereka terlihat menyala lalu  menghilang mencari ikan ke tengah laut.  Pagi hari mereka datang dan  perahunya parkir di pinggir pantai. Di Pantai Nanggelan kita bisa  menikmati waktu bercengkrama dan berbagi bercerita dengan sahabat.
Sumber: www.radarjember.com 
 
 
 
 
 
 
 
 
No comments